Bingung
ya,,…??? Mau mengadakan apa di sekolah pada saat pondok Ramadhan..???
Bulan
Ramadhan adalah saat orang islam menjalankan salah satu kewajiban utama yaitu
berpuasa. Sebagai sebuah Negara yang masyarakatnya mayoritas beragama islam,
tentu suasana ramadahan sangat mudah kita temui di berbagai tempat.Di
perkantoran, instansi pemerintah, perusahaan swasta, pasar, acara televisi,
berita media massa dan lain sebagainya akan kita rasakan berbeda suasana
dibanding waktu selain ramadhan. Tidak terkecuali tempat pendidikan, di
sekolah. Bahkan di Sekolah Dasar (SD) atau yang lebih rendah tingkatannya
suasana ramadhan juga akan kita temui. Seperti tidak ada kantin yang buka untuk
berjualan, meskipun anak-anak usia sekolah dasar belum diwajibkan untuk
menjalankan puasa. Namun dengan kondisi yang ada di SD tersebut akan menanamkan
dan melatih pada seorang anak kecil bahwa mereka juga perlu “belajar puasa”.
Pada
saat bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada anak-anak
kita hal-hal yang baik di bulan puasa ini. Seperti contoh, manfaat dalam
berpuasa, paha-pahala dalam berpuasa, keistimewaan puasa, dan hal-hal yang
istimewa yang hanya terjadi di bulan puasa.
Kenapa
?, anak akan selalu mempertanyakan tentang pertanyaan-pertanyaan tentang :
1.
Apa itu puasa ?
2.
Kenapa harus berpuasa ?
3.
Bedanya puasa dihari bulan-bulan biasa
dan puasa di bulan ramadhan itu apa ?
4.
Ada apa saja di bulan ramadhan ?
5.
Dan lain-lain.
Kita
sebagai seorang guru dan orang tua, harus bisa menjaga totalitas kita kepada
murid-murid dengan menjawab pertanyaan mereka secara menyeluruh dan dengan
jawaban yang dapat memuaskan mereka. Bulan Ramadhan adalah saat yang tepat
untuk menanamkan kepada mereka kecintaan terhadap Al-Qur’an.
Jika
kita mencermati pada sekolah-sekolah formal di Indonesia dalam menyikapi bulan
ramadhan, maka kita akan mendapatkan berbagai variasi antara satu sekolah
dengan lainnya. Secara umum kita dapat mengelompokkan keragaman sekolah dalam
menyikapi bulan ramadhan dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
Pertama,
Sekolah menyikapi bulan ramadhan hanya dengan mengurangi jam belajar siswa.
Kategori ini kebanyakan dilakukan oleh sekolah-sekolah negeri atau
sekolah-sekolah swasta yang bernuansa umum. Prinsip yang mendasari sikap ini
adalah bahwa puasa ramadhan akan mempengaruhi fisik siswa dalam aktivitas
belajar di sekolah. Agenda belajar dari awal masuk sampai pulang tidak berbeda
dari hari biasanya kecuali dengan mengurangi jam belajar. Dalam kategori ini
siswa tidak akan mendapatkan banyak dari sebuah “pendidikan ramadhan”. Padahal
prinsip utama dari sekolah adalah bahwa segala sesuatu harus melihat dimensi
pendidikan. Memang ada kegiatan berkenaan dengan ramadhan, namun hanya sedikit
dari sisi waktu dan nilai pendidikannya, seperti buka puasa bersama. Kegiatan-kegiatan
“pendidikan ramadhan” seperti berinteraksi dengan Al Qur’an, ceramah ramadhan,
memotivasi siswa agar berpuasa yang berkualitas tidak menjadi perhatian utama
sekolah yang termasuk kategori ini.
Kedua,
Sekolah menyikapi bulan ramadhan dengan meliburkan siswanya selama sebulan
penuh. Kebijakan meliburkan siswa selama bulan ramadhan akan kita temukan pada
sekolah-sekolah dari organisasi Muhammadiyah. Kategori ini pernah secara
nasional diberlakukan pada semua sekolah di Indonesia, yaitu pada era Presiden
Aburrahman Wahid (Gusdur). Salah satu pertimbangan kebijakan meliburkan siswa
selama ramadhan adalah agar siswa dapat beribadah dengan khusyu’. Untuk itu
para siswa tidak perlu masuk sekolah yang akan berpengaruh pada keberhasilan
ibadah dibulan ramadhan. Kebijakan ini juga menjawab keinginan masyarakat
tentang keinginan “pendidikan ramadhan” bagi anak-anak mereka yang memang agak
susah didapatkan di sekolah. Dengan siswa libur diharapkan juga mereka lebih
aktif mengisi ibadah ramadhan di rumah maupun di masjid seperti membaca Al
Qur’an, mendengarkan ceramah dan lain sebagainya.
Alih-alih
ingin menjadikan “Pendidikan Ramadhan” bagi siswa, pada realitanya, terutama
pada sekolah-sekolah negeri atau swasta yang belum pernah melakukan kebijakan
ini tidak pernah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Setidaknya ada dua
ketidakberhasilan yang dialami dengan kondisi tersebut yaitu pencapaian
pembelajaran akademik di sekolah dan pencapaian “khusyu” dalam menjalankan
ibadah di bulan ramadhan. Para siswa yang libur justru menurun tingkat
produktifitas, menurun semangat belajar, lebih sering tidur-tiduran, atau
menghabiskan waktu dengan maen games. Mungkin kebijakan ini tepat diterapkan di
sekolah-sekolah Muhammadiyah karena lebih siap dan terbiasa dengan metode ini.
Ketiga,
Sekolah menyikapi bulan ramadhan dengan memasukan kegiatan ibadah ramadhan ke
dalam agenda belajar siswa. Prinsip yang diterapkan oleh sekolah yang termasuk
kategori ini dalam menyikapi bulan ramadhan yaitu memadukan pentingnya belajar siswa
dalam bidang akademik dan menjadikan ramadhan sebagai bulan pendidikan bagi
siswa. Sekolah dalam kategori ini sepertinya hendak menggabungkan kelompok
kategori pertama dan kedua.
Dari
berbagai macam kegiatan tersebut akan kah lebih baiknya jika kita menggunakan
metode yang dapat membuat siswa menjadi nyaman. Marilah kita berikan ilmu agama
di bulan yang penuh Rahmat ini,…..
SEMANGAT BAGI PARA GURU-GURU…………
HARI PUASA KALAU MENGAJAR PAHALANYA LIPAT GANDA…..
SEMANGAT YA…………!!!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar