Menjadi seorang guru yang baik, adalah
hal yang sangat diinginkan oleh semua guru yang ada di negeri ini. Tetapi dalam
penerapan tentang hal tersebut sangatlah sulit. Hal tersebut dikarenakan adanya
perbedaan antara ukuran atau timbangan dari lembaga dan pimpinan yang berbeda
dalam hal kualitas. Tetapi pada dasarnya hanya ada satu hal yang dapat membuat
seorang guru menjadi sangat berkualitas dimata dunia pendidikan, yaitu guru
tersebut mempunyai potensi dalam berinteraksi kepada seluruh lapisan pendidikan
dan dapat berinteraksi langsung dengan anak didik dari berbagai karakteristik.
Kedekatan antara guru dan murid sangat
mempengaruhi bagaimana cara seorang anak memahami dari cara guru itu memberikan
pelajaran. Semakin dekat seorang guru itu terhadap muridnya, maka akan semakin
mudah juga murid memahami apa yang guru maksudkan. Sehingga terciptalah sebuah
komunikasi yang elegan dan berkembang menjadi hubungan keluarga. Tetapi
seringkali seorang guru berpikir bahwa murid yang nakal itu menjadi salah satu
penghambat bagi murid lainnya yang tingkat kecerdasannya melebihi anak nakal
tersebut. Tetapi jika guru berpikir seperti itu, maka guru tersebut sebaiknya
menjadi tukang bersih-bersih saja.
Faktor seorang anak nakal itu
sebagaian besar terjadi karena adanya kurang komunikasi dengan guru yang
bersangkutan. Saya mengahadapi beberapa anak didik saya dengan begitu keras.
Sangat nakal dan tidak pernah mau diam saat saya menerangkan. Dia selalu saja
membuat masalah dan tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik. Sehingga
rata-rata nilai yang dia dapat adalah 50. Selain itu, dia juga mempunyai
kebiasaan berbohong kepada banyak orang termauk kepada teman-temannya sendiri
dan kepada saya. Lebih dari itu hal yang sangat membuat saya miris adalah saat
saya Tanya “Kamu saying atau tidak dengan ibumu ? kok kamu nakal seperti ini.
Nanti ibumu kecewa”, dia hanya menjawab dengan kepala menunduk “Aku gak punya
ibu kok”, saya kaget dengan pernyataan tersebut. Saat saya telusuri ternyata
dia hanya tinggal berdua dengan neneknya. Sedangkan ayah dan ibunya bekerja di
Surabaya sebagai seorang pekerja pabrik. Orang tuanya yang menitipkan dia pada
neneknya selama bertahun-tahun mulai dari dia TK sampai SD kelas 4 sekarang.
Orang tuanya hanya pulang sebulan sekali dan itupun juga hanya memberikan uang
untuk kebutuhan sehari-hari. Saya pun menyikapinya dengan hati tenang setelah
saya tahu. Dan dengan kesabaran saya mulai menuntunnya untuk mulai berpikir
lebih baik dan tidak membuang seorang ibu dalam hidupnya, dan Alhamdulillah
selama satu tahun bersamanya kini nilainya sudah berada rata-rata 75-80.
Walaupun kemajuannya sedikit demi sedikit tetapi itu adalah hal yang membrikan
saya sebuah pelajaran. Bahwa seorang anak menjadi tidak terkendali bukan karena
terlalu banyak perhatian (dimanja), tetapi juga karena adanya rasa ingin
disayangi tetapi tidak ada yang mneyayanginya.
Dari pengalaman saya di atas saya
memberikan pendapat saya tentang bagaimana menjadi seorang guru yang baik,
yaitu :
1. Pahamilah anak didik kita dari segi psikisnya. Bukan
dari segi kecerdasannya. Karena pada dasarnya tingkat kecerdasan seorang itu
berbeda antara satu dengan yang lain.
2. Carilah waktu yang tepat untuk membuat semua aturan,
dan kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi tentang berbagai situasi,
termasuk pada siswa yang ‘bermasalah’.
3. Seorang guru harus berjuang ke arah gaya mendidik
yang proaktif. Selain ada keuntungan dari momen yang spontan, tapi dapat juga
digunakan untuk berkomunikasi dengan siswa, misalnya mengatur jadwal berdiskusi
di luar jam mengajar.
4. Mendengarkan merupakan bukti bahwa guru benar-benar
mencoba untuk memahami dan merasakan pesan yang disampaikan. Hal ini membuat
siswa yakin dan merasa dihargai bahwa apa yang mereka sampaikan mendapatkan
perhatian. Bukannya malah membuat murid putus asa dengan jawaban yang salah.
5. Seorang guru harus memvalidasi apa yang dikatakan
oleh siswanya. Namun, validasi tidak berarti guru setuju atau percaya dengan
segala hal yang dikatakan siswa, tetapi untuk mengakui sudut pandang siswa.
Validasi membantu siswa percaya bahwa guru mendengarkan dan menghormati
pendapat mereka.
6. Berkomunikasilah dengan jelas dan memberikan
tanggapan yang sesuai. Sikap empati dan melibatkan diri dalam berdiskusi dengan
siswa akan mengurangi sikap defensif dan membuat siswa merasa nyaman.
7. Seorang guru sebaiknya tidak menghakimi, dan
menuduh, tetapi harus memberikan pesan yang mudah ditafsirkan. Itu akan
meningkatkan probabilitas siswa mendengarkan apa yang guru katakan.
8. Lakukanlah komunikasi yang rutin, singkat, dan
terfokus dengan siswa. Sebab, tidak semuanya harus diselesaikan dalam satu
diskusi. Bisa diselingi oleh beberapa percakapan yang bersifat anekdot agar
tidak terjadi bosan.
9. Berlakulah jujur jika tidak mengetahui jawaban atas
pertanyaan yang diajukan siswanya. Tetapi, guru harus berjanji untuk berupaya
menemukan jawaban sebelum kelas berikutnya. Jangan memberi jawaban yang salah
kepada siswa, karena biasanya jawaban tersebut akan melekat dan susah untuk
dirubah kembali.
10.
Jadilah seorang
guru yang dapat memahami seorang murid dengan kasih saying tetapi tidak terlalu
dimanjakan. Dengan kata lain kita harus tegas dalam menjalankan sebuah
kedisiplinan tetapi masih dapam ruang lingkup yang wajar.
AYOOOO
KITA MENJADI GURU YANG BAIK DAN TERBAIK BAGI MURID-MURID KITAAAAAAA
0 komentar:
Posting Komentar