Selasa, 17 Juli 2012

Menjadi Guru yang Baik Untuk Muridku Tersayang


           
Menjadi seorang guru yang baik, adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua guru yang ada di negeri ini. Tetapi dalam penerapan tentang hal tersebut sangatlah sulit. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan antara ukuran atau timbangan dari lembaga dan pimpinan yang berbeda dalam hal kualitas. Tetapi pada dasarnya hanya ada satu hal yang dapat membuat seorang guru menjadi sangat berkualitas dimata dunia pendidikan, yaitu guru tersebut mempunyai potensi dalam berinteraksi kepada seluruh lapisan pendidikan dan dapat berinteraksi langsung dengan anak didik dari berbagai karakteristik.
          Kedekatan antara guru dan murid sangat mempengaruhi bagaimana cara seorang anak memahami dari cara guru itu memberikan pelajaran. Semakin dekat seorang guru itu terhadap muridnya, maka akan semakin mudah juga murid memahami apa yang guru maksudkan. Sehingga terciptalah sebuah komunikasi yang elegan dan berkembang menjadi hubungan keluarga. Tetapi seringkali seorang guru berpikir bahwa murid yang nakal itu menjadi salah satu penghambat bagi murid lainnya yang tingkat kecerdasannya melebihi anak nakal tersebut. Tetapi jika guru berpikir seperti itu, maka guru tersebut sebaiknya menjadi tukang bersih-bersih saja.
          Faktor seorang anak nakal itu sebagaian besar terjadi karena adanya kurang komunikasi dengan guru yang bersangkutan. Saya mengahadapi beberapa anak didik saya dengan begitu keras. Sangat nakal dan tidak pernah mau diam saat saya menerangkan. Dia selalu saja membuat masalah dan tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik. Sehingga rata-rata nilai yang dia dapat adalah 50. Selain itu, dia juga mempunyai kebiasaan berbohong kepada banyak orang termauk kepada teman-temannya sendiri dan kepada saya. Lebih dari itu hal yang sangat membuat saya miris adalah saat saya Tanya “Kamu saying atau tidak dengan ibumu ? kok kamu nakal seperti ini. Nanti ibumu kecewa”, dia hanya menjawab dengan kepala menunduk “Aku gak punya ibu kok”, saya kaget dengan pernyataan tersebut. Saat saya telusuri ternyata dia hanya tinggal berdua dengan neneknya. Sedangkan ayah dan ibunya bekerja di Surabaya sebagai seorang pekerja pabrik. Orang tuanya yang menitipkan dia pada neneknya selama bertahun-tahun mulai dari dia TK sampai SD kelas 4 sekarang. Orang tuanya hanya pulang sebulan sekali dan itupun juga hanya memberikan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Saya pun menyikapinya dengan hati tenang setelah saya tahu. Dan dengan kesabaran saya mulai menuntunnya untuk mulai berpikir lebih baik dan tidak membuang seorang ibu dalam hidupnya, dan Alhamdulillah selama satu tahun bersamanya kini nilainya sudah berada rata-rata 75-80. Walaupun kemajuannya sedikit demi sedikit tetapi itu adalah hal yang membrikan saya sebuah pelajaran. Bahwa seorang anak menjadi tidak terkendali bukan karena terlalu banyak perhatian (dimanja), tetapi juga karena adanya rasa ingin disayangi tetapi tidak ada yang mneyayanginya.
          Dari pengalaman saya di atas saya memberikan pendapat saya tentang bagaimana menjadi seorang guru yang baik, yaitu :
1.     Pahamilah anak didik kita dari segi psikisnya. Bukan dari segi kecerdasannya. Karena pada dasarnya tingkat kecerdasan seorang itu berbeda antara satu dengan yang lain.
2.     Carilah waktu yang tepat untuk membuat semua aturan, dan kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi tentang berbagai situasi, termasuk pada siswa yang ‘bermasalah’.
3.     Seorang guru harus berjuang ke arah gaya mendidik yang proaktif. Selain ada keuntungan dari momen yang spontan, tapi dapat juga digunakan untuk berkomunikasi dengan siswa, misalnya mengatur jadwal berdiskusi di luar jam mengajar.
4.     Mendengarkan merupakan bukti bahwa guru benar-benar mencoba untuk memahami dan merasakan pesan yang disampaikan. Hal ini membuat siswa yakin dan merasa dihargai bahwa apa yang mereka sampaikan mendapatkan perhatian. Bukannya malah membuat murid putus asa dengan jawaban yang salah.
5.     Seorang guru harus memvalidasi apa yang dikatakan oleh siswanya. Namun, validasi tidak berarti guru setuju atau percaya dengan segala hal yang dikatakan siswa, tetapi untuk mengakui sudut pandang siswa. Validasi membantu siswa percaya bahwa guru mendengarkan dan menghormati pendapat mereka.
6.     Berkomunikasilah dengan jelas dan memberikan tanggapan yang sesuai. Sikap empati dan melibatkan diri dalam berdiskusi dengan siswa akan mengurangi sikap defensif dan membuat siswa merasa nyaman.
7.     Seorang guru sebaiknya tidak menghakimi, dan menuduh, tetapi harus memberikan pesan yang mudah ditafsirkan. Itu akan meningkatkan probabilitas siswa mendengarkan apa yang guru katakan.
8.     Lakukanlah komunikasi yang rutin, singkat, dan terfokus dengan siswa. Sebab, tidak semuanya harus diselesaikan dalam satu diskusi. Bisa diselingi oleh beberapa percakapan yang bersifat anekdot agar tidak terjadi bosan.
9.     Berlakulah jujur jika tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswanya. Tetapi, guru harus berjanji untuk berupaya menemukan jawaban sebelum kelas berikutnya. Jangan memberi jawaban yang salah kepada siswa, karena biasanya jawaban tersebut akan melekat dan susah untuk dirubah kembali.
10.                        Jadilah seorang guru yang dapat memahami seorang murid dengan kasih saying tetapi tidak terlalu dimanjakan. Dengan kata lain kita harus tegas dalam menjalankan sebuah kedisiplinan tetapi masih dapam ruang lingkup yang wajar.
AYOOOO KITA MENJADI GURU YANG BAIK DAN TERBAIK BAGI MURID-MURID KITAAAAAAA

0 komentar: