Kamis, 05 Juli 2012

Perlukan Membangun Pabrik BB di Indonesia ?


Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia adalah salah satu pasar penjualan BlackBerry paling besar di dunia. Hal itu dikarenakan tingkat konsumsi BB semakin hari semakin naik, dengan adanya desain yang selalu berubah-ubah dan fasilitas yang selalu berubah dari saat ke saat membuat para mdernitator ingin dengan secepatnya mengkonsumsi BB agar tidak kalah dengan Negara-negara lain. Tetapi hal itu akan membangkitkan rasa komsumsi yang tidak karuan dan berakibat fatal bagi pasar Indonesia sendiri.
Perkembangan informasi yang baru adalah bahwa Indonesia yang merupakan pasar konsumsi BlackBerry terbesar di Asia tidak terpilih menjadi salah satu distributor atau menjadi Pabrik dari produksi BlackBerry, sedangkan Malaysia yang konsumsinya jauh dari Indonesia, terpilih menjadi psar produksi untuk BlackBerry. 


Pemerintah sebenarnya masih kecewa atas keputusan produsen BlackBerry, Research In Motion (RIM), yang lebih memilih Malaysia sebagai basis produksinya ketimbang di Indonesia. Dilain pihak karena terjadi pada kesalahan programmer dari BlackBerry beberapa waktu yang lalu juga telah mengendurkan para konsumer BlackBerry yang ada di seluruh dunia. Maka terjadilah pertanyaan “Apakah masih diperlukan  membangun pabrik BlackBerry di Indonesia ?” dengan perkiraan yang tumpang tindih ini masih bisa saja terjadi penurunan kembali produksi BlackBerry di seluruh dunia. Tetapi dnegan adanya perubahan model dan perkembangan serta modifikasi dari BlackBerry masih memungkinkan kembali kalau bberapa waktu kemudian nama BlackBerry akan melonjak lagi.

Kesalahan yang dibuat oleh BlackBerry kini sudah menjadikan celah bagi produk-produk Mobile Phone yang lain. Mulai dari Samsung, Nokia, Sonny, dengan gencar-gencarnya mengeluarkan produk-produk baru mereka selama selang waktu BlackBerry beristirahat untuk melakukan rekonstruksinya. Bisa dibayangkan saat selama selang waktu delapan bulan omset penjualan BlackBerry telah merosot sebesar 75%. Dengan kebingungan antara pembangunan kembali atau tidak Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring memberikan pernyataan,
"Sebenarnya ide itu bagus-bagus saja. Tapi, dengan penjualan BlackBerry di seluruh dunia yang merosot 75 persen selama 8 bulan terakhir, perlukah mengalihkan pabriknya di Indonesia?"
Sekadar catatan, kondisi produsen BlackBerry ini memang dalam posisi kurang menggembirakan dan grafiknya terus menurun. Selain dilanda kerugian keuangan, pengiriman unit ponselnya menurun hingga harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawannya.
Namun, Tifatul menyarankan, sebenarnya tidak hanya RIM yang harus membangun pabriknya di Indonesia. Jika perlu, perusahaan asing dan besar di dunia mau membangun pabriknya di Indonesia.
Selain akan menambah lapangan pekerjaan baru, perusahaan asing ini bisa diajak kerja sama untuk membuat sebuah produk asli Indonesia, tetapi dirakit oleh vendor ternama.
"Contohnya bisa membuat tablet seharga kurang dari Rp 1 juta. Selama ini kan kita selalu membeli dari asing," tambahnya.
Dengan bisa membuat produk dalam negeri, kata Tifatul, maka devisa negara juga akan bertambah, bukan lari ke luar negeri.

0 komentar: